LORONG GELAP

by - 3/12/2015 10:36:00 PM


Ketika hati sejernih air samudra ternodai oleh setetes racun.

Kau membuatku senang, sebenarnya bahagia. Kehadiranmu menyulap murung menjadi riang, seperti cinta datang tuk mencengangkan. Namun sayang, semua itu seolah-olah hanya ilusi belaka.

Saatku tatap matanya, memperhatikan gerak-gerik tubuhnya, semua itu palsu, bukan juga munafik. Ada rasa yang berbeda saat aku didekatnya, sama sekali tak terasa adanya getaran cinta, yang muncul malah rasa curiga atas kejujuran hatinya.

Awalnya aku merasa ragu dan mereka sering berkata "Dia tidak baik untukmu! Jangan Bodoh!". Dalam hati menjawab "Ahh..! Mana mungkin?!". Aku bersikukuh keras dan berpikir kalau dia memang benar mencintaiku sepenuh hati. Tapi kali ini aku salah menafsirkannya. Berarti semua kata mereka benar dan hati ini salah.

Aku mengira cahaya kemilau yang terpancar pada dirinya adalah cahaya suci yang akan mengantarkanku pada kebahagiaan bersama dengan dirinya. Ternyata bukan! Aku salah lagi! Itu hanya cahaya yang menyilaukan mata, mata hati, membuatnya menjadi rabun dan buta.
Jikalau cinta itu buta, bukan berarti tidak sadar.

Ketika aku mencintainya, mengaguminya, dan menyayanginya aku malah seperti berjalan dilorong gelap, tak tentu arah, tanpa kiasan, berujung pada duri menyakitkan.
Kini.. Aku tersesat.
Kehampaan akan dirinya ada dimanapun.

Seperti diangkat dan dibawa kelangit paling tinggi dan indah, kemudian dihempaskan lalu dicampakkan begitu saja kebumi. Itulah yang aku rasa.
Lalu muncul pertanyaan "Sakitkah itu?".
"TIDAK!". Aku menjawab dengan lantang.
Aku hanya bingung dan tidak mengerti apa yang salah pada diriku.
I KNOW BUT I DON'T KNOW WHY!!!

Secara fisik aku merasa kuat. Logikaku berputar sangat lancar dan tepat. Tapi mengapa hati ini terlalu rapuh?

Semuanya mengalir begitu saja terhempas tanpa adanya ombak.

Aku juga tak mau egois. Mungkin kesalahan ada ditanganku yang kurang perhatian terhadapnya atau mungkin terlalu 'cuek'.
Aku belum bisa jadi apa yang di harapkan. Walaudemikian, didalam hati ini aku sangat peduli, aku sayang, tanpa harus di ucapkan lagi dengan kata-kata.

Aku tau maksudmu, mengerti dengan jelas baik buruknya.
Tapi.. Aku bimbang, mengiyakan dan pasrah begitu saja atas keputusanmu tanpa memberontak sedikitpun.
Entahlah... seakan bungkam.
Namun aku berbisik dalam hati, "Masih adakah kesempatan kedua?".

Aku takkan memaksamu untuk tinggal, pergilah jika bahagiamu bukan bersamaku.
Walaupun untuk jauh darimu itu diluar kekuasaanku. Seperti sebuah lubang besar ditekan pada dadaku.

Ketika kamu pergi. Kau bawa semuanya denganmu, ini merubah banyak hal.
Sekarang biar saja ku nikmati rasa ini. Toh, nantinya hati dan cinta ini akan berlabuh pada orang yang tepat dan sepantasnya.

Tapi aku senang. Semua ini pengingat bahwa cinta itu nyata.


Regards,
Agung Ramanto

You May Also Like

0 komentar