• Home
  • About
  • Contact
Facebook Twitter Instagram Email

AGUNG RAMANTO


Seneng akhirnya bisa ngerayain tahun baru lagi, itu artinya ada harapan dan perubahan yang baru. Basicly, agak berat juga setiap tahun baru dimana kita harus dituntut untuk lebih mandiri, kreatif, inovatif, harus bisa lebih baik dari sebelumnya, harus bisa lebih maju pemikirannya, dan sebagainya. Dan yang terpenting lagi ditahun ini umur saya bakal menginjak kepala 2, yang artinya harus bisa lebih dewasa. Bukan lagi anak umur “teen” tapi “ty".

Selama tahun 2017 ini, banyak yang sudah dilewati, apalagi dari kepribadian sendiri, karena di tahun ini pengalaman first jobber saya. Ini tahun pertama saya ada didunia kerja, bisa dibilang ini “shock moment”nya saya yang bertransisi dari dunia sekolah ke dunia kerja. 

Kebetulan saya ini lahir tanggal 26 Januari, dan itu tanggal hari pertama saya ikut program magang bakti bca, jadi bisa dibilang di umur 19 tahun ini saya full mengabdi untuk bca hehehe... Banyak perubahan yang saya alami di tahun 2017 ini, pengalaman dan pembelajaran saya selama ikut program magang bakti itu yang membuat banyak perubahan, dari yang awalnya saya pure gak bisa apa-apa dalam dunia kerja terlebih dunia perbankan sampai akhirnya saya mulai mengerti step by step bagaimana sistem perbankan tersebut.

Program ini menempatkan saya dibagian frontliner yang berarti itu adalah hal yang berhubungan langsung dengan nasabah atau orang baru. Sebetulnya yang paling berasa itu saya ini tipe orang yang agak susah untuk memulai percakapan apalagi sama orang yang baru, tapi disini saya benar-benar diajarin gimana caranya memulai komunikasi, cara menyelesaikan transaksi sambil ngobrol sama nasabah pokoknya dituntut harus multitasking.

Dalam internal pun saya juga banyak belajar cara bergaul, karena perbedaannya kalo disekolah kita seumuran dan pastinya sifat kita kurang lebih sama tapi disini beragam usia dan tentunya beragam karakter ada, jadi saya mengikuti arus bagaimana jadi pribadi yang dewasa dalam berbicara dan bergaul.

Memang awalnya agak berat, tapi semakin hari saya malah jadi menikmati program ini, membuat saya jadi yang tadinya gak bisa sampai akhirnya nyaman dengan “ketidak bisa-an” itu, saya senang dan pastinya bangga bisa bergabung dengan keluarga BCA ini. Semoga program ini nantinya bisa jadi batu loncatan saya jadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Untuk resolusi ditahun 2018 ini, semoga apa yang saya harapkan semuanya terwujud dan pastinya lebih baik dari tahun sebelumnya. Salah satunya bisa jago bahasa inggris, niatnya selain udah ambil manajemen, kalo memang memungkinkan mau ambil lagi sastra inggris, haaa semoga aja bukan cuma sekedar resolusi wkwkwk.


Happy New Year 2018,
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Mau sedikit mengutip quotes bagus begini isinya:

"Jaman sekolah dulu (tepatnya kapan saya lupa) saya pernah membuat status: hari yang cerah untuk jiwa yang lelah. Sekarang saya sedang flashback, seberapa lelah jiwa saya masa itu, lalu saya meyakini bahwa percuma mengeluh lelah hari ini, padahal akan ada seribu kali lelah didepan. Syukuri saja, selelah papun, lelahmu hari ini akan ada yang menandingi didepan. Karena setiap manusia mempunyai porsi masing-masing merasa lelah dalam hidupnya. Hidup berjalan, beban akan semakin berat, permasalahan makin runyam".

Bisa diambil kesimpulan dari quotes diatas bagaimanapun lelahnya hari ini, ketika itu terlewati dan sudah sampai didepan sana, kemudian menengok sedikit kebelakang pasti dibenak kalian "kok gua gitu amat ya dulu, hahaha lucu juga ya".

Pada akhirnya, semua yang sudah dilalui hanya akan jadi cerita hidup dan kebanggan tersendiri, karena ternyata selelah apapun, bisa dilewati dan dijalani gitu aja ya. Tau-tau yang dinamakan "indah pada waktunya" itu sekarang jadi milik kita. Tapi tunggu, ini tetap hidup... seindah apapun tetap yang dinamakan "masalah" akan jadi gula kehidupan sesuai dengan quotes terakhir diatas. Jadi mengeluh boleh, silahkan. It's your life. Tapi yang terpenting jangan pernah putus asa, dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.

Kejar satu tujuan, ketika sudah dapat tujuan itu, tetapkan lagi tujuan yang lain, tapi ingat jangan serakah. Karena hidup hanya ada kiri dan kanan. Silahkan pilih salah satu, manusia bertindak dan berpikir harus multitasking tapi untuk tujuan selayaknya hanya satu tujuan hidup.


Regards,
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Tulisan yg sangat baik dari Prof. Rhenald Kasali.

Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat “Disruption”.

18 October, 2017 , by Rumah Perubahan.

Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.

Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.

Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).

Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”

Otot Diganti Robot

Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.
Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.
Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.

Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.
Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).
Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.

Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.
Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.

Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.
Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.

Pekerjaan-pekerjaan Baru

Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.
Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.

Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.
“Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya.
“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middleman seperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.

Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.
Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.

Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.

Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.

Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.

Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.

Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dariteller, sampai officer kredit.

Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.

Jangan Tangisi Masa Lalu

Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi. Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.

Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.
Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek onlinemisalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.

Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.
Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.

Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.

Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power,kreativitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).


Sukses,
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Setiap orang pasti punya barang favorit, ada yang suka sama bantal, baju, kendaraan, bahkan sampe selimut ileran juga ada, serius saya pernah punya teman yang hobinya gigitin selimut trus ditenteng kemana-mana sampai ilernya berceceran, dalam tanda petik waktu masih bocah dulu. Kalo sekarang kebanyakan mungkin lebih favorit ke kendaraan mereka.

Saya sendiri, barang favorit saya itu hp, bisa disebut smartphone, lebih spesifiknya iPhone. Jauh sebelum IPhone pernah ada yang namanya "BB" barang yang dianggap wajib untuk anak gaul pada masanya, dan saya selalu mimpi punya barang itu tapi gatau kenapa daridulu gak pernah kesampean bisa punya BB, ironis memang. Pernah sekali punya itupun yang model curve, disaat BB Bold merajalela. Tau BB kan? Blackberry maksudnya, handphone bombastis yang sekarang malah hilang ditelan bumi.

Kenapa barang favorit saya iPhone? Dibanding handphone lain iPhone ini punya banyak kelebihan salah satunya anti lemot, mau aplikasi sebanyak apapun pokoknya lancar jaya apalagi untuk game. Kamera juga bagus, untuk ukuran minimal yang 5 yaa. Pokoknya untuk keperluan-keperluan warganet top lah. Ini bukan promosi.

Bagi saya, IPhone itu "half of me". Kemana-mana tanpa IPhone ibarat kosong diri. Apalagi semenjak ada yang namanya instastory, biasa disebut snapgram. Kemanapun kalo bisa update, upload cekrek cekrek. Gak ada yang salah kok kalo kita hobi update, bukan maksud pamer tapi itu salah satu gaya hidup. Jangan takut dibilang norak, yang norak itu mereka yang komen norak.

Hal-hal yang seperti itu seharusnya udah dianggap biasa, apalagi kita hidup dijaman teknologi, yang apa-apa semuanya serba sosial media. Sampai kampanye musibah juga bisa lewat sosial media. Memang banyak yang bilang ahh percuma bantu langsung dong jangan bisanya kicau lewat sosmed. Sekarang gini, ketika satu orang sebar ke yang lain dan yang lain sebar lagi sampai akhirnya semua bisa tau, dan semua bisa ikut membantu, apa itu yang dinamakan percuma?

Siapa tau dari hobi iseng-iseng update itu bisa jadi peluang, udah banyak kan orang-orang diluar sana dari hal-hal iseng akhirnya bisa menghasilkan sesuatu yang besar dan bernilai. Jangan pernah ragu untuk ekspresi diri, walaupun sebatas dunia maya. Karena pada dasarnya dunia maya itu ada karena realita.


Regards,
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

17 Agustus, bagi masyarakat Indonesia termasuk hari spesial karena itu adalah hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Sudah sepatutnya kita menghargai para jasa pahlawan yang sudah memerdekakan negeri ini.

Yang sering jadi pertanyaan, lalu apa yang harus diperbuat untuk menghargai jasa para pahlawan? Kalo dulu waktu jaman sekolah gampang jawabannya, belajar yang rajin. Walaupun aslinya masih suka khilaf wkwkwk.

Kalau inget yang dulu-dulu, setiap agustusan pasti langsung ikut acara yang ada di rt/rw biasanya dipasangin tenda ditengah jalan terus jalanannya ditutup gak boleh ada kendaraan yang lewat. Lomba yang paling sering saya ikutin itu lomba makan kerupuk, lari bolak-balik ambil belut, bendera sama kelereng. Paling sering menang yang bendera, dapet hadiahnya kalo gak buku tulis pasti tempat pensil.

Sekarang semenjak beranjak dewasa, wailah sok tua haaha... jadi udah jarang ikut acara kayak gitu, malah gak pernah, sebenernya masih mau ikutan tapi inget badan juga udah terlalu bongsor.

Tahun ini, "setidak"nya saya bisa mengulang lagi ikut partisipasi lomba agustusan, tapi beda dari
sebelumnya, ditempat saya sekarang BCA Matraman ada lomba "Master Chef" masak nasi goreng yang pesertanya semua laki-laki. Setiap divisi diwakili 3 orang, bukan cuma nasi gorengnya juga yang jadi penilaian tapi juga kostum yang dipakai pesertanya. Ada yang pakai baju ibu-ibu dapur, baju tentara-tentaraan, abang betawi, kostum yang lebih mirip kayak orang pantai, ada juga yang kostum chef. Dari kelompok saya sendiri pakai kostum ala adat bali.

Hasil nasi goreng saya dinilai terlalu manis, karena kebanyakan kecap. Akhirnya gak bisa menang, tapi dapat juara "best costume". Walaupun juaranya agak gak nyambung karena lomba nasi goreng, menangnya malah best costume, tapi setidaknya ada "menang"nya hehehe.

Itu sedikit cerita tentang agustusan saya ditahun ini, jangan lupa terus memerdekan negeri ini yaa, dengan hal-hal positif pastinya 👍


Merdeka,
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pernah merasa kecewa? Anggap saja kecewa itu relatif, bisa gondok, kesel, risih. Mungkin sering merasa kecewa sama orang tertentu karena sikapnya yang juga tertentu kekita, dalam artian beda. Ke orang lain baik kekita beda. Ngerti kan maksudnya? Risih memang kalo harus dihadapkan sama orang seperti itu, apalagi kalo setiap hari ketemu orang itu, rasanyaaaa kayak mau tinju mukanya langsung dari depan. Seandainya "pasal kesalahan" itu gak ada pasti sudah dilakuin hahahaha.

Tambah kesel lagi, kalo hal beda itu tanpa alasan. Maksudnya, kita gak pernah ada salah, tapi dia bersikap beda kekita. Tambah tambah lagi kalo sifatnya nyinyir, apa-apa pokoknya serba salah dimata dia, harus perfect, padahal dia sendiri masih awur-awuran. Maunya apa? Kadang suka bingung. Apalagi kalo dia bawa-bawa umur. "Lu tuh masih muda jangan banyak lagu".

Lho, umur bisa dibilang masih muda tapi yang namanya pengalaman dan pelajaran hidup apa setiap orang sama? Bisa jadi yang lebih muda yang lebih mengerti.

Karena dewasa bukan diukur dari umur tapi bagaimana dia menyikapi hidup. Karena dewasa menurut saya, ketika dia mau menerima "setidaknya" merangkul.

Balik lagi ke prinsip hidup, ngapain yaa pegel-pegel mikirin orang seperti itu, masih banyak orang yang sayang sama kita yang harus dipikirin.

Kalaupun, sampai kebawa pikiran apalagi hati, serahin aja biar tangan tuhan yang bekerja. Apalagi jaman sekarang karma cepet datangnya. Serius. Jadi yang sabar. Adil itu pasti. Biar kehidupan yang meninju.

Heheheee.. no diskrimanasi yaa, cuma lagi iseng-iseng nulis karena gabut besok udah senin lagi.


Semangat,
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Saya mau cerita nih tentang pengalaman ikut magang bakti bca. Ada yang belum tahu apa itu magang bakti bca? Jadi yang dimaksud magang bakti itu Bank BCA membuka program pelatihan khusus untuk lulusan SMK/D3/S1 yang nantinya ditugasin jadi teller/customer service dengan jangka waktu 1 tahun.

Untuk bisa lolos magang bakti ini cukup ketat waktu itu peserta test kurang lebih 200 orang, ada 2 interview dan 3 test, totalnya 5 tahap dan setiap tahapnya sistem gugur. Semua tahapan itu dilakukan seharian dari pagi sampai sore. Peserta yang diterima cuma 9 orang tadinya ada 10 tapi pas agak sore 1 orang tiba-tiba gugur. Saya juga gak nyangka bisa lolos sampai tahap akhir. Benar-benar bersyukur.

Setelah lolos test sampai medical checkup semua peserta yang lolos ikut training di BCA Learning Institute atau disingkat BLI yang ada di Sentul, gedungnya gede warna biru, bagus bersih. Disini kita dapat pembekalan sebelum nantinya ditempatin dicabang masing-masing. Untuk bisa sampai disana disediakan shuttle bus dibeberapa titik, saya milih shuttle bus dikelapa gading, ohiya hari pertama waktu training itu juga bertepatan sama hari ulang tahun saya yang ke-19. Oke ini gak penting.
Selain dapat pembekalan, di BLI ini kita juga dapat coffe break setiap jam 9 pagi sama jam 3 sore. Makan siang juga dapat, yang makanannya bebas pilih dan bebas mau seberapa banyak hahahaha....

Saya ditempatin di cabang BCA KCU Matraman ditugaskan dibagian teller, nanti diakhir masa bakti kita dapet beasiswa dan sertifikat. Jumlah beasiswanya lumayan banyak. Selain beasiswa diakhir tahun, setiap bulan kita juga dapat uang saku yang juga lumayan banyak. Pokoknya cukuplah untuk jajan se-supermarket hehehe...

Disini kita belajar banyak tentang dunia perbankan, sangat bermanfaat pastinya, dimulai dari setoran nasabah, tarikan dana, pemindahan giro dan cek, pencairan deposito, valas, dan masih banyak lagi. Bukan hanya itu juga tapi kemampuan soft skill kita juga diasah, dari yang awalnya kaku bisa sampe akhirnya luwes.

Dari pengalaman pribadi, saya ini orang yang agak canggung kalau untuk pertama kali ketemu sama orang lain, bingung mau ajak ngomong apa, tapi disini saya diajarkan jadi lebih percaya diri, bagaimana memulai komunikasi dengan orang lain, bersopan santun dalam tutur kata, dan menjalin kedekatan dengan nasabah.

Sebenarnya masih banyak cerita tapi nanti dilanjut post selanjutnya yaa.

Salam sukses!
Agung Ramanto
Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar
Newer Posts
Older Posts

COMMUNITY

komunitas blogger jakarta

HI, THERE I'AM!

HI, THERE I'AM!

ABOUT ME

Hi, I'am Agung Ramanto. My Motto "Choose hope, focus on strategy, and be different". Through this blog I share all of my experince and knowledge. I hope you can enjoy! I'll be reach in this email: agungramanto@gmail.com.
Instagram: @agungramanto
Twitter: @agungramanto

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2020 (2)
    • ►  October (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2018 (9)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ▼  2017 (7)
    • ▼  December (1)
      • RESOLUSI TAHUN BARU
    • ►  November (1)
      • FLASHBACK YOUR PROBLEM
    • ►  October (1)
      • AKIBAT DISRUPTION
    • ►  September (1)
      • UPDATE STATUS
    • ►  August (1)
      • LOMBA AGUSTUS-AN
    • ►  July (1)
      • PASAL KESALAHAN
    • ►  June (1)
      • MAGANG BAKTI BCA
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2014 (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)

Pageviews

Created with by ThemeXpose